Sabtu, 17 April 2010 di Sabtu, April 17, 2010 |  
Berhitung atau matematika sering kali dianggap sebagai pelajaran menakutkan bagi sebagian besar anak sekolah, meskipun tidak sedikit yang menyenangi pelajaran ini. Tak heran bila sejak dulu bimbingan belajar maupun les privat matematika banyak diminati. Belum lagi berbagai metode belajar matematika yang bermunculan seperti sempoa. Kesemuanya itu bertujuan agar anak-anak bisa lebih mudah memahami matematika dan tidak lagi menganggapnya sebagai “monster” yang menakutkan.
Meski tidak semua, banyak di antara murid sekolah, terutama SD yang merupakan tingkat dasar dari seluruh pendidikan yang akan dijalani anak, mengeluhkan soal pelajaran matematika. Mereka menganggap matematika sebagai pelajaran sulit. Terlebih lagi bila mereka mendapat nilai di bawah rata-rata. Yang punya niat akan lebih tekun mempelajari, kembali hilang semangat. Jika keadaan ini terus berlanjut hingga ke jenjang pendidikan berikutnya, maka sepanjang masa pendidikan mereka menganggap matematika menjadi pelajaran paling menyeramkan.
Padahal, matematika sebenarnya pelajaran mengasyikkan. Apalagi, untuk murid SD. Pada tingkat pendidikan dasar ini pelajaran matematika masih berkenaan dengan berhitung, yang merupakan bagian dari matematika, yakni operasi tambah, kurang, kali, dan bagi. Mula-mula menggunakan bilangan bulat. Kemudian meningkat ke bilangan pecahan. Operasi hitung itu bisa dipelajarai sambil bermain yang memang merupakan kegiatan utama anak-anak.
Dari paparan diatas, kami mencoba untuk mengkaji lebih lanjut tentang “Kesuliatn Belajar Matematika (dyscalculis)” dengan berbagai ciri, gejala, penanganan pada anak yang mengalami kesulitanh belajar.
B)KAJIAN TEORI
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA bahkan juga perguruan tinggi. Akan te tapi yang menjadi permasalahan banyak anak-anak(siawa) yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit, sekaligus dijadikan sebagai “momok” diantara berbagai macam bidang studi lainya. Karena persepsi anak seperti itulah mereka menjadi takut jika dihadapkan dengan dunia hitung-menghitung. Kesulitan semacam ini dialami oleh anak yang normal (tidak berkesulitan belajar) dan terlebih lagi oleh anak yang berkesulitan belajar. Bagaimana cara mengatasinya? Padahal, semua orang harus mempelajari matematika. Sebab, pada hakekatnya matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Cornelius (1982:38) Mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika, karena matematika merupakan: (1) Sarana berfikir yang jelas dan logis (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) saran untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Cockroft (1982:1-5) Mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan (2) Semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Pendapat dari ke dua tokoh diatas memiliki satu kesamaan, yaitu mengemukakan bahwa belajar matematika sangatlah penting. Oleh karena itu, jika kesulitan belajar matematika dibiarkan saja, anak akan menghindari dengan sesuatu yang berhubungan dengan hitunng-menghitung. Padahal, matematika sangatlah penting untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya, gangguan kesulitan belajar bahasa, membaca, menulis, gangguan matematika harus diatasi sedini mungkin. Kalau tidak, anak akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai.
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis). Kesulitan belajar matematika merupakan salah satu jenis kesulitan belajar yang spesifik dengan prasyarat rata-rata normal atau sedikit dibawah rata-rata, tidak ada gangguan penglihatan atau pendengaran, tidak ada gangguan emosional primer, atau lingkungan yang kurang menunjang. masalah yang dihadapi yaitu sulit melakukan penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian yang disebabkab adanya gangguan pada sistem saraf pusatpada periode perkembanagan.
Anak berkesulitan belajar matematika bukan tidak mampu belajar, tetapi mengalami kesulitan tertentu yang menjadikannya tidak siap belajar. Matematika sering menjadi pelajaran yang paling ditakuti di sekolah. Anak dengan gangguan diskalkulia disebabkan oleh ketidakmampuan mereka dalam membaca, imajinasi, mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman, terutama dalam memahami soal-soal cerita. Anak-anak diskalkulia tidak bisa mencerna sebuah fenomena yang masih abstrak. Biasanya sesuatu yang abstrak itu harus divisualisasikan atau dibuat konkret, baru mereka bisa mencerna. selain itu anak berkesulitan belajar matematika dikarenakan pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar siswa, metode pembelajaran yang cenderung menggunakan cara konvesional, ceramah dan tugas. Guru kurang mampu memotivasi anak didiknya. Ketidaktepatan dalam memberikan pendekatan atau strategi pembelajaran.
CIRI-CIRI DISKALKULIA
Anak yang mengalami kesulitan belajar matematika perlu ditentukan kesulitan yang dialami oleh anak. apakah kesulitan yang dialami dalam proses menghitung, konsep matematika karena masalah bahasa, gangguan persepsi visual-spasial, kesulitan menulis, kesulitan orientasi kanan-kiri, kesulitan menunjukkan arah, masalah urutan, gangguan memori, dan cara menyelesaikan soal matematika. Tidak semua anak diskalkulia berkesulitan dalam proses menghitung. Jadi, guru harus benar-benar memahami kemampuan dan sifat dasar ketidakmampuannya.
GEJALA DISKALKULIA
Banyak anak-anak yang terdiagnosis diskalkulia memiliki riwayat kegagalan akademis yang pada akhirnya berkembang menjadi ketidakmampuan dalam belajar matematika atau merasa tidak mampu mempelajarinya. Adapun gejala-gejalanya antara lain:
 Proses penglihatan atau visual lemah dan bermasalah dengan spasial (kemampuan memahami bangun ruang). Dia juga kesulitan memasukkan angka-angka pada kolom yang tepat.
 Kesulitan dalam mengurutkan, misalkan saat diminta menyebutkan urutan angka. Kebingungan menentukan sisi kiri dan kanan, serta disorientasi waktu (bingung antara masa lampau dan masa depan).
 Bingung membedakan dua angka yang bentuknya hampir sama,misalkan angka 7 dan 9, atau angka 3 dan 8. Beberapa anak juga ada yang kesulitan menggunakan kalkulator.
 Umumnya anak-anak diskalkulia memiliki kemampuan bahasa yang normal (baik verbal, membaca, menulis atau mengingat kalimat yang tertulis).
 Kesulitan memahami konsep waktu dan arah.Akibatnya,sering kali mereka datang terlambat ke sekolah atau ke suatu acara.
 Salah dalam mengingat atau menyebutkan kembali nama orang.
 Memberikan jawaban yang berubah-ubah (inkonsisten) saat diberi pertanyaan penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian. Orang dengan diskalkulia tidak bisa merencanakan keuangannya dengan baik dan biasanya hanya berpikir tentang keuangan jangka pendek.Terkadang dia cemas ketika harus bertransaksi yang melibatkan uang (misalkan di kasir).
 Kesulitan membaca angka-angka pada jam, atau dalam menentukan letak seperti lokasi sebuah negara, kota, jalan dan sebagainya.
 Sulit memahami not-not dalam pelajaran musik atau kesulitan dalam memainkan alat musik. Koordinasi gerak tubuhnya juga buruk, misalkan saat diminta mengikuti gerakan-gerakan dalam aerobik dan menari. Dia juga kesulitan mengingat skor dalam pertandingan olahraga.
Deteksi diskalkulia bisa dilakukan sejak kecil, tapi juga disesuaikan dengan perkembangan usia. Anak usia 4- 5 tahun biasanya belum diwajibkan mengenal konsep jumlah, hanya konsep hitungan Sementara anak usia 6 tahun ke atas umumnya sudah mulai dikenalkan dengan konsep jumlah yang menggunakan simbol seperti penambahan (+) dan pengurangan (-). Jika pada usia 6 tahun anak sulit mengenali konsep jumlah, maka kemungkinan nantinya dia akan mengalami kesulitan berhitung. Proses berhitung melibatkan pola pikir serta kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah. Faktor genetik mungkin berperan pada kasus diskalkulia, tapi faktor lingkungan dan simulasi juga bisa ikut menentukan. Alat peraga juga sangat bagus untuk digunakan, karena dalam matematika menggunakan simbol-simbol yang bersifat abstrak. Jadi, supaya lebih konkret digunakan alat peraga sehingga anak lebih mudah mengenal konsep matematika itu sendiri.
C)PEMBAHASAN
Sindrom sulit belajar pada anak bisa disembuhkan dengan metode yang tepat bagi anak. Pada dasarnya anak memiliki dorongan untuk belajar, tapi terkadang dihalangi oleh keterbatasan. Mungkin anak mengalami kesulitan belajar (learning disabilities). Kondisi merupakan gangguan proses psikologi dasar yang disebabkan kelainan fungsi pada sistem saraf di otak. Gangguan ini ditampakkan pada ketidaksempurnaan membaca, menulis, berbicara atau yang berhubungan dengan bahasa dan berhitung.
Jangan segera menyalahkan jika anak mengalami kesulitan belajar. Seorang anak dengan gangguan belajar memiliki masalah pada kemampuan meta kognisi, yaitu sulit mengatur pemahaman ketika menerima informasi atau salah memberikan respon. Gangguan belajar pada anak tidak selalu terkait dengan kekurangan, seperti autisme atau down syndrome. Dalam kesulitan belajar dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), dan kesulitan belajar matematika (diskalkulia). Dalam makalah ini hanya akan membahas mengenai kesulitan belajar matematika (diskalkulia).
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis) (Lerner, 1988). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan system saraf pusat. Diskalkulia yaitu gangguan pada kemampuan kalkulasi secara sistematis, yang dibagi menjadi bentuk kesulitan berhitung dan kesulitan kalkulasi. Biasanya anak juga tidak memahami proses matematis, yang ditandai dengan kesulitan mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau simbol matematis.
Diskalkulia juga bisa terjadi akibat adanya kelainan di otak, ini merupakan kelainan spesifik. Penyebab diskalkulia dikarenakan adanya kelemahan proses penglihatan atau visualisasi, misalnya anak sulit fokus pada pelajaran atau permainan. Matematika membutuhkan prosedur penyelesaian yang berurut mengikuti pola-pola tertentu, anak diskalkulia sulit mengikuti prosedur tersebut. Bisa jadi anak fobia matematika, adanya keyakinan bahwa dia tidak bisa matematika. Mungkin disebabkan karena trauma dari pelajaran matematika, bisa dari sistem pengajaran di sekolah atau di rumah.
Adapun gejala lain yang timbul pada anak yang mengalami diskalkulia, antara lain:
 Sulit melakukan hitungan matematis, misalnya menghitung jumlah uang kembalian. Lambat laun anak akan takut memegang uang atau menghindari transaksi.
 Kesulitan menggunakan konsep waktu, anak bingung mengurutkan masa lampau dan masa sekarang.
 Ketika pelajaran olahraga, anak sulit menghitung skor pertandingan.
Kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan belajar matematika
Agar dapat membantu anak berkesulitan belajar matematika, kita perlu mengenal kesalahan umum yang dilakukan oleh anak dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam bidang studi matematika. Beberapa kekeliruan umum tersebut menurut Lerner (1981) adalah kekurang pahaman anak tentang :
 Simbol
Anak diskalkulia akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal seperti 4 + …= 7, daripada soal seperti 4 + 3 = … Kesulitan semacam ini umumnya karena anak tidak memahami simbol-simbol (=), (≠), (+), (-).
 Nilai tempat
Anak yang diskalkulia belum memahami nilai tempat seperti satuan, puluhan, ratusan, dst.
 Penggunaan proses yang keliru
Kekeliruan dalam penggunaan proses perhitungan dapat dilihat pada cuntoh berikut:
6 15
2 x 3 -
8 18
 Perhitungan
Jika anak belum mengenal dengan baik konsep perkalian, tetapi mencoba menghafal perkalian tersebut.
 Tulisan yang tidak dapat dibaca
Anak yang tidak bias membaca tulisannya sendiri karena bentuk-bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis.
Biasanya anak-anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (termasuk diskalkulia) akan dites dengan standard progressive matrices (SPM) yang merupakan suatu tes inteligensi bagi anak-anak usia 7-12 tahun (siswa Kelas 2 dan 3 SD), atau tes coloured progressive matrices (CPM) untuk siswa Kelas 1 SD. Jika hasil diagnosis, tes dan assesment menyatakan anak menderita diskalkulia, maka harus ada treatment dan metode penyampaian khusus yang bisa membuat dia lebih paham.
PENANGANAN DISKALKULIA
Menangani diskalkulia dapat menggunakan terapi dan pendidikan remidial dengan tujuan untuk menyisihkan masalah yang dihadapi sehingga dapat membantu mencapai potensi anak secara maksimal. Sehingga menanganinya harus berdasarkan tingkat kesulitan atau defisit yang sesuai dengan usianya.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani diskalkulia, antara lain:
 Gunakan gambar, grafik, atau kata-kata untuk membantu pemahaman anak. Misalnya, ibu membeli jeruk seharga lima ribu, gambarkan buah jeruk dan uang kertas senilai lima ribu.
 Hubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika menghitung piring sehabis makan atau mengelompokkan benda sesuai dengan warna lalu menjumlahkannya dapat mempermudah anak berhitung.
 Buat pelajaran matematika menjadi sesuatu yang menarik. Anda bisa menggunakan media komputer atau kalkulator. Lakukan latihan secara kontinyu dan teratur.
Cara mengatasi diskalkulia bisa dengan cara mengubah pembelajaran supaya memori bisa hidup kembali. Misalkan, penggunaan warna-warna yang melambangkan angka. Kelainan diskalkulia juga bisa berkomplikasi dengan kelainan lain, misalnya autis. Anak-anak dengan kesulitan belajar belum tentu bodoh, tapi bisa jadi dia mengalami kelainan komunikasi, sosialisasi, dan kreativitas seperti yang terjadi pada anak autis, Diskalkulia juga terkadang dikaitkan dengan ketidakseimbangan orientasi otak kanan dan kiri yang imbasnya menimbulkan kesulitan orientasi matematika. Aktivitas fisik diduga ada hubungannya dengan anak yang kesulitan geometri atau bangun ruang. Ada juga yang mengatakan bahwa diskalkulia terkait dengan kelainan pada motorik sehingga terapi bisa diberikan untuk memperbaiki saraf motoriknya.
D)KESIMPULAN
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis) (Lerner, 1988). Diskalkulia yaitu gangguan pada kemampuan kalkulasi secara sistematis, yang dibagi menjadi bentuk kesulitan berhitung dan kesulitan kalkulasi.
Penyebab diskalkulia dikarenakan adanya kelemahan proses penglihatan atau visualisasi, misalnya anak sulit fokus pada pelajaran atau permainan. Anak diskalkulia sulit mengikuti prosedur matematika yang tergolong rumit. Adanya keyakinan bahwa dia tidak bisa matematika. Disebabkan karena trauma pelajaran matematika, atau sistem pengajaran di sekolah atau rumah.
Adapun gejala anak yang mengalami diskalkulia, antara lain:
 Sulit melakukan hitungan matematis.
 Kesulitan menggunakan konsep waktu.
 Ketika pelajaran olahraga, anak sulit menghitung skor pertandingan.
 Proses penglihatan atau visual lemah dan bermasalah dengan spasial (kemampuan memahami bangun ruang).
 Kesulitan dalam mengurutkan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani diskalkulia, yaitu dengan menggunakan gambar, grafik, atau kata-kata untuk membantu pemahaman anak. Hubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari. Buat pelajaran matematika menjadi sesuatu yang menarik. Anda bisa menggunakan media komputer atau kalkulator. Lakukan latihan secara kontinyu dan teratur.
Diposting oleh aiiu.iOr

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates