Biasanya, anak usia tiga, empat, atau lima tahun senang ke sana-sini, gampang teralihkan perhatian, serta cenderung tantrum alias cepat ngambek. Namun, bila si kecil selalu menangis setiap kali Anda ‘mencoba’ meninggalkan rumah, sering membuat masalah ketika bermain dengan anak lain, serta bikin onar di sekolah, Anda mungkin akan bertanya-tanya, apakah semua itu merupakan gejala awal ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
Diagnosa
“Pada kebanyakan anak di bawah usia enam tahun, ADHD agak sulit didiagnosa,” kata James Perrin, M.D., ketua komite ADHD di American Academy of Pediatrics. Namun, ia menambahkan, kabar baiknya adalah anak Anda belum tentu membutuhkan diagnosa itu. Anda masih bisa kok, mengasah keterampilan yang berhubungan dengan perilaku yang bermanfaat bagi semua anak. Anak prasekolah perlu dibentuk, mampu mengantisipasi, membagi tugas dalam langkah-langkah yang mudah, serta mendapat hadiah untuk kesuksesan kecil. Namun, beberapa anak membutuhkan hal ini lebih dari anak lain.
Rutinitas sederhana
Isyarat secara visual amat menolong. Misalnya, bila salah satu anak Anda selalu menempati tempat duduk saudaranya saat nonton TV, letakkan dua buah handuk sehingga jelas posisi duduk masing-masing. Atau jika anak punya masalah memfokuskan perhatian ketika berpakaian di pagi hari, tugas ini dipecah menjadi langkah-langkah yang lebih sederhana (“Pertama, pakai celana pendek kamu. Sekarang, baru pakai kausnya.”) serta ilustrasikan semua ini dengan bagan di dekat tempat tidur si kecil. Beri hadiah begitu ia melakukannya dengan benar. Bersabarlah; bisa jadi butuh waktu sampai berminggu-minggu sebelum Anda melihat ada kemajuan. “Tapi bila pada akhirnya ia bisa mengenakan sendiri pakaiannya, ini berarti Anda punya rencana yang bisa dijalankan anak Anda,” kata Sharon Weiss, konsultan perilaku dan penulis From Chaos to Calm: Effective Parenting for Challenging Children with ADHD and Other Behavioral Problems.
Bantuan luar
Jika Anda sudah mencoba pendekatan tersebut dan anak Anda masih saja punya masalah dalam melakukan berbagai hal, bicarakan dengan dokter anak Anda, yang mungkin akan merujuknya ke pakar kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater anak, atau dokter anak yang juga pakar perkembangan perilaku. Para pakar ini bisa mendiagnosa kasus-kasus langka ADHD yang bisa diderita anak di usia ini – atau membantu menguak keterlambatan perkembangan, bila ada. “Ia mungkin saja bilang, Anda punya anak umur empat tahun yang sangat unik,” kata dr. Perrin. “Tapi paling bagus sih, ya diperiksa lebih lanjut.”
Diposting oleh aiiu.iOr
ANAK Anda sulit fokus saat belajar? Bisa jadi buah hati Anda terkena ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). Sebab itu, kenali gejalanya sejak dini. 

ADHD merupakan suatu gangguan perilaku yang ditandai dengan kurangnya perhatian
(inattentiveness), aktivitas berlebihan (overactivity) dan perilaku impulsif (impulsivity) yang tidak sesuai dengan umumnya.

Dr dr Dwidjo Saputro SpKJ (K) mengatakan, ADHD merupakan kelainan psikiatrik dan perilaku yang paling sering ditemukan pada anak. ADHD dapat berlanjut sampai masa remaja, bahkan dewasa. Pada anak usia sekolah, ADHD berupa gangguan akademik dan interaksi sosial dengan teman. Sementara pada anak dan remaja dan dewasa juga menimbulkan masalah yang serius.

Kurangnya perhatian adalah salah satu gejala ADHD. Biasanya anak selalu gagal memberi perhatian yang cukup terhadap detail. Atau anak selalu membuat kesalahan karena ceroboh saat mengerjakan pekerjaan sekolah, bekerja atau aktivitas lain. Sering sulit mempertahankan pemusatan perhatian saat bermain atau bekerja. Sering seperti tidak mendengarkan bila diajak bicara. Dan atau pelupa dalam aktivitas sehari-hari.

Gejala kedua yang harus diwaspadai adalah hiperaktivitas yang menetap selama 6 bulan atau lebih dengan derajat berat dan tidak sesuai dengan umur perkembangan. Gejala hiperaktivitas itu di antaranya anak sering bermain jari atau tidak dapat duduk diam. Ia sering kali meninggalkan kursi di sekolah atau situasi lain yang memerlukan duduk di kursi. Anak juga sering lari dan memanjat berlebihan di situasi yang tidak tepat, selalu bergerak seperti didorong motor.
 

Sedangkan pada gejala implusivitas, misalnya sering menjawab sebelum pertanyaan selesai ditanyakan, sering sulit menunggu giliran, dan sering menginterupsi atau mengganggu anak lain, misalnya menyela suatu percakapan.

"Anak ADHD sering dianggap anak nakal, malas, ceroboh, dan lain-lain. Padahal terapi yang tepat akan menghilangkan gejala pada anak ADH," kata ahli kejiwaan yang juga pendiri dari Smart Kids Clinic-klinik Perkembangan Anak dan Kesulitan Belajar ini. Biasanya gejala hiperaktif-impulsif mulai terlihat sebelum umur 7 tahun. Gejala terjadi di dua situasi berbeda atau lebih, misal di sekolah dan di rumah.

Selain itu gejala bukan merupakan bagian gangguan perkembangan pervasif (autisme), schizophrenia, atau gangguan jiwa berat lain, dan bukan disebabkan gangguan mood, kecemasan atau ansietas, gangguan disosiasi atau gangguan kepribadian. "Orang tua harus hati-hati dalam menentukan apakah anak ADHD atau tidak," ucap dokter yang kemudian mengambil spesialisasi di FKUI itu.

Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan kombinasi keterangan mengenai riwayat penyakit, pemeriksaan medis, dan observasi terhadap perilaku anak. Keterangan ini sebaiknya diperoleh dari orang tua, guru, dan anak sendiri.

Observasi bisa dilakukan pada saat anak melakukan pekerjaan terstruktur di kelas, atau saat anak sedang bermain bebas bersama anak lain. Walaupun ADHD seharusnya muncul di setiap situasi, gejala mungkin tidak jelas bila penderita sedang melakukan aktivitas yang disukainya, sedang mendapat perhatian khusus atau berada dalam situasi yang memberi penghargaan pada tingkah laku yang normal. Dengan demikian, pengawasan selintas di kamar praktik sering gagal untuk menentukan ADHD.

Sementara dokter yang juga merupakan pakar autis, Dr Hardiono Pusponegoro SpA (K) menuturkan bahwa sebenarnya jumlah penderita penyakit ini tidak meningkat. "Penyakit yang sering disertai dengan gangguan psikiatri lain ini bukan meningkat, tetapi semakin banyak orang yang tahu tentang penyakit ini," ucap dokter dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut.

Bila dikelola dengan baik, ADHD bisa dicegah. Namun, bila tidak ditangani secara dini, kasus ADHD dapat menjadi pemicu pengguna awal minuman beralkohol, rokok, dan narkoba pada usia muda.


sumber:  (Koran SI/Koran SI/tty)
Diposting oleh aiiu.iOr
“Anak itu hampir tidak pernah bisa tenang, aktif sekali, seperti tidak pernah merasakan lelah, kenapa ya?” Kata seorang Ibu yang sedang menunggu putranya yang bersekolah di sebuah Taman Kanak-kanak. “Aku juga kurang tahu, aku pernah menyapanya, tapi dia mengabaikanku.” Ibu yang lain menimpali. Ada apa dengan anak itu? Seringkali kita akan menduga bahwa anak tersebut mengalami autis, istilah yang sekarang sudah awam didengar, atau mungkin hiperaktif, ini bahkan lebih awam lagi. Kekurangtepatan untuk menamai perilaku anak itu akan berdampak kekurangtepatan pula dalam penanganannya.

ADHD, istilah yang mungkin untuk sebagian kalangan masih awam. ADHD berawal dari hasil penelitian Prof. George F. Still, seorang dokter Inggris pada tahun 1902. Penelitian terhadap sekelompok anak yang menunjukkan suatu ketidakmampuan abnormal untuk memusatkan perhatian yang disertai dengan rasa gelisah dan resah. Anak-anak itu mengalami kekurangan yang serius ‘dalam hal kemauan’ yang berasal dari bawaan biologis. Gangguan tersebut diakibatkan oleh sesuatu ‘di dalam’ diri si anak dan bukan karena faktor-faktor lingkungan.
ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder, di Indonesia diartikan sebagai gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Sederhananya dijelaskan bahwa ADHD adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki masalah perhatian dan pemusatan terhadap kegiatan. Berawal dari masa kanak-kanak dan dapat berlanjut ke masa dewasa. Tanpa perawatan, ADHD dapat menyebabkan permasalahan serius di rumah, sekolah, pekerjaan, dan interaksi sosial di masyarakat.
Lebih mudahnya kita dapat melihat ciri-ciri yang mengkhaskan dari ADHD, antara lain:
1. Selalu bergerak, dan gerakan-gerakannya tidak beraturan, tidak terkontol serta tanpa sebab yang jelas.
2. Sering lupa terhadap segala hal, disebabkan kekurangmampuan untuk berkonsentrasi sehingga hal tersebut kurang pula diperhatikannya.
3. Sering bingung tanpa sebab yang kuat.
4. Kelabilan emosi, cenderung gelisah, resah, dan tidak tenang.
5. Kecenderungan mengganggu orang lain.
Ciri-ciri tersebut tidak dapat mewakili diagnosa untuk menentukan bahwa seorang anak mengalami ADHD atau tidak. Penentuan diagnosa, harus dipastikan melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh psikolog/profesional di bidangnya.
Ada beberapa faktor yang memungkinkan dapat terjadinya ADHD dialami oleh seorang anak, adalah sebagai berikut:
1. Genetika atau keturunan. ADHD mungkin dapat terjadi apabila ada salah satu dari orang tua atau leluhurnya yang mengalami ADHD.
2. Riwayat hidup kesehatan Ibu sebelum kehamilan dan sewaktu kehamilan serta saat melahirkan.
3. Penyakit yang pernah diderita Ibu berpengaruh pada kesehatan Ibu dan janinnya.
4. Konsumsi makanan dan minuman, gizi serta jaminan kesehatannya bagi Ibu hamil.
5. Pemakaian obat-obatan bagi Ibu hamil.
6. Pengaruh psikis dari Ibu hamil, stres, konflik rumah tangga, tekanan sosial dan ekonomi.
Bagi para orang tua, guru, dan pemerhati ADHD, kami ingin berbagi tips dengan anda, semoga dengan tips yang singkat ini kita dapat meningkatkan kemampuan dalam menangani ADHD, adapun tipsnya antara lain:
1. Menjaga kesehatan diri, hal ini sangat penting karena anda membutuhkan energi yang cukup untuk menangani anak ADHD.
2. Banyaklah belajar tentang ADHD, karena anda akan lebih mampu untuk membantu anak ADHD jika telah memahaminya.
3. Belajarlah ketrampilan tentang perilaku anak-anak. Mereka memerlukan bantuan bagaimana caranya berkomunikasi dengan orang lain secara normal.
4. Bantulah anak ADHD agar mampu menjaga diri mereka sendiri.
5. Bantulah anak ADHD supaya dapat bersekolah dengan baik. Hal ini karena ADHD menghambat kemampuan anak untuk bisa berhasil dalam sekolahnya. Dampingi mereka agar akademis, sosial, dan psikisnya tetap terkontrol.
6. Berikan dan bantu anak ADHD untuk melakukan tugas di rumah. Dibanding dengan anak-anak yang lain, mereka mengalami kesulitan berkomunikasi. Seringnya menghiraukan instruksi menyebabkan kekacauan dalam melakukan tugasnya sehingga menyebabkan ketidakselesaian tugas tersebut.
7. Sangat diperlukan, kepekaan, kesabaran, keikhlasan, ketekunan, dan ide kreatif agar dapat membantu anak ADHD dalam belajar, berketrampilan, dan memenuhi tugas di rumah dan sekolah.
8. Aktifkan diri anda. Banyak media yang tersedia, seperti: majalah, koran, CD interaktif, perpustakaan, internet, dan sebagainya.
Perilaku ADHD dapat di-minimaze, tentunya hal ini memerlukan dukungan yang solid dari lingkungannya. Akan sangat baik sekali apabila seorang anak mendapatkan konsumsi ASI (Air Susu Ibu) yang mencukupi. Hal ini akan membangun daya tahan tubuh/imun bagi anak, sehingga diharapkan anak yang mengalami ADHD memiliki kesehatan tubuh yang lebih baik dan mampu beraktivitas dengan lebih normal.
Bagi anda yang akan atau baru memasuki dunia ADHD, bergabunglah ke dalam organisasi pemerhati anak di wilayah anda. Salurkan semangat anda ke wadah yang tepat. Banyak manfaat yang bisa anda dapatkan.
Diposting oleh aiiu.iOr
Sleep Apnea Pada Anak
Sleep apnea adalah gangguan tidur yang ditandai dengan mendengkur dan rasa kantuk berlebih. Sleep apnea, yang artinya henti nafas saat tidur, pada orang dewasa menjadi penyebab hipertensi berbagai penyakit jantung, diabetes hingga stroke. Pada anak, sleep apnea, menjadi lebih serius karena ternyata berhubungan langsung dengan proses tumbuh kembangnya.
Coba perhatikan anak yang sedang tidur ngorok. Pada suatu saat suara ngorok tersebut akan hilang, dan anak tampak sesak seolah tercekik. Yang terjadi sebenarnya adalah penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan udara tidak dapat masuk atau keluar. Gerakan nafas akan menghebat karena sesak. Akibat oksigen yang merosot dan kadar karbondioksida yang meroket, si anak akan terbangun disertai suara hentakan keras seolah nafas baru terbebas. Episode bangun ini disebut sebagai episode bangun mikro (micro arousal) karena walau gelombang otak terbangun, namun si anak tidak terjaga. Dan episode ini terus berulang sepanjang malam hingga mengganggu kualitas tidur. Akibatnya, ia akan terus berada dalam kondisi kurang tidur, walaupun sebenarnya sudah tidur cukup. Anak, untuk melawan rasa kantuknya justru jadi semakin aktif secara fisik.
Sekarang bayangkan jika anak Anda yang normal, dalam tidurnya setiap 20-30 detik sekali ditepuk hingga terbangun. Apa yang terjadi? Tentu di siang hari dia akan rewel, sulit berkonsentrasi dan cenderung hiperaktif. Bagaimana jika setiap tidur ini terjadi? Tak heran jika banyak anak penderita sleep apnea yang tampilannya jadi mirip dengan ADHD.
Belakangan, wacana sleep apnea banyak dibicarakan. Para dokter anak pun sudah amat peka terhadap masalah ini. Hanya sayang, kita masih terlalu terpaku pada artikel-artikel yang menyatakan bahwa anak gemuklah yang biasanya ngorok. Padahal ini tidak sepenuhnya benar. Seperti Maya halnya. Dia termasuk anak yang tidak gemuk. Malah cenderung langsing. Berdasarkan berbagai penelitian di Korea, ras Asia tidak perlu gemuk untuk menderita sleep apnea. Ini disebabkan oleh struktur rahang kita yang lebih sempit dan leher yang lebih pendek dibanding ras Eropa.
Tidur pada Anak
Proses tidur amatlah penting bagi seorang anak. Karena proses tumbuh kembang justru terjadi pada saat tidur. Pada tahap tidur dalam, dikeluarkan growth hormone yang berperan dalam proses pertumbuhan. Sedangkan pada tahap tidur mimpi, dipercaya sebagai tahap tidur dimana kemampuan kognitif, mental dan emosional dijaga.
Dengan adanya sleep apnea, proses tidur akan terpotong-potong. Akibatnya proses tumbuh kembang pun terganggu. Kecerdasan dan potensi-potensi mental lain yang seharusnya tumbuh dan berkembang saat tidur, tidak tumbuh. Kondisi emosionalnya pun buruk, anak jadi rewel dan mudah marah. Karena mengantuk, anak juga semakin aktif dan sulit memusatkan perhatian.
ADHD dan Tidur
Anak yang memang terdiagnosa ADHD pun harus tetap diperhatikan tidurnya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak ADHD menunjukkan kemajuan yang berarti setelah dirawat gangguan tidurnya. Sebuah artikel di jurnal kedokteran SLEEP bahkan mengatakan bahwa anak ADHD merespon terapi stimulan dengan baik karena mereka mengalami kantuk berlebih (excessive daytime sleepiness.) Penelitian ini juga menyatakan bahwa 50% dari anak ADHD menderita sleep apnea, sedangkan pada anak normal hanya 22% yang menderita. Gangguan tidur lain yang juga sering ditemui pada anak ADHD adalah periodic limb movements in sleep (PLMS).
Penelitian lain yang dilakukan di Taiwan tahun 2004 menganjurkan agar seorang anak yang didiagnosa dengan ADHD juga diperhatikan tidurnya. Karena mereka menemukan bahwa penderita ADHD yang juga menderita sleep apnea memiliki kondisi yang lebih buruk dibanding anak ADHD tanpa gangguan tidur. Lebih jauh lagi, di tahun 2007 kelompok yang sama, menerbitkan penelitian mereka yang menunjukkan hubungan sleep apnea dengan terapi ADHD. Pada penelitian tersebut, mereka membuktikan bahwa anak ADHD penderita sleep apnea, bisa menghindari efek samping pengobatan ADHD jika sleep apnea-nya dirawat.
Untuk anak penderita ADHD pengobatan yang paling sering diberikan adalah golongan stimulan. Namun jadwal pengobatan yang kurang tepat malah dapat menyebabkan anak sulit tidur sehingga gejala ADHD semakin menjadi parah. Untuk itu, sesuaikanlah pemberian obat dengan jadwal tidur anak.
Diposting oleh aiiu.iOr
Anak sulit belajar? Hal tersebut sangat menjadi momok bagi orang tua di jaman sekarang. Anak terpaksa les macam-macam, tidak ada waktu bermain, semua jadi sibuk mengajar anak. Eh… tidak tahunya anak mengalami dyslexia. Mau les sampai berjam-jam juga sia-sia.
Kesulitan belajar merupakan istilah yang digunakan bila prestasi anak tidak sesuai dengan intelegensinya. Anaknya pintar, kok raportnya jeblok? Penyebabnya banyak. Yang paling sering dan sudah banyak diketahui misalnya ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dengan ciri sulit berkonsentrasi, impulsif atau berbuat dan berbicara tanpa pikir panjang, dan hiperaktif tidak bisa diam. ADHD bukan termasuk kesulitan belajar, tetapi merupakan masalah gangguan perilaku.
Penyebab kesulitan belajar lain yang relatif masih jarang diketahui adalah kesulitan belajar spesifik, misalnya gangguan membaca (dyslexia), gangguan matematika (dyscalculia), dan gangguan mengekspresikan suatu hal dalam bentuk tulisan (dysgraphia). Dyslexia jarang ditemukan? Tidak juga. Di negara barat dyslexia terjadi pada 5-10% di antara anak sekolah. Anak laki-laki mungkin sedikit lebih banyak.
Di antara ketiganya, yang paling banyak adalah gangguan membaca atau dyslexia. Istilah dyslexia sebenarnya merupakan suatu tipe dari gangguan membaca, tetapi sering dijadikan satu saja. Kali inipun kita gunakan istilah dyslexia yang lebih populer. Dyslexia adalah ketidak mampuan membaca sesuai umurnya, padahal intelegensinya normal. Kalau penyebabnya retardasi mental, tidak diajar membaca, tidak mendapat kesempatan belajar, atau ada penyakit fisik tidak termasuk dalam dyslexia.

Mengapa dapat terjadi dyslexia?

Dahulu dianggap bahwa dyslexia terjadi karena gangguan gerakan bola mata untuk membaca. Akibatnya banyak terapi ditujukan kepada fungsi mata, misalnya vison therapy. Pendapat ini ternyata tidak benar dan terapi seperti ini tidak dianjurkan lagi.
Sudah diketahui bahwa ada beberapa perbedaan otak anak dyslexia dengan anak lain. Perbedaan pertama adalah bahwa otak anak dyslexia tidak menunjukkan asimetri pada pusat berbahasa di otak, di daerah temporal. Pada anak biasa, daerah temporal di otak kiri lebih besar dibandingkan kanan. Pada anak dyslexia, kiri dan kanan sama saja. Perbedaan kedua adalah bahwa pada anak dyslexia terdapat gangguan sel saraf di beberapa daerah otak yang berhubungan dengan kemampuan membaca, misalnya di daerah parietal dan temporal. Gangguan sel saraf ini sudah terjadi sejak anak masih dalam kandungan. Ada faktor keturunan? Ya pada sebagian kasus. Ada riwayat kesulitan membaca pada orang tua, paman atau nenek.

Bagaimana ciri anak dengan dyslexia?

Kemampuan anak dyslexia membaca jauh di bawah kemampuan anak seumurnya. Kesulitan yang dihadapi adalah kesulitan mengenal kata-kata, sulit mengeja, dan sulit mengartikan bacaan. Beberapa ciri berikut dapat digunakan untuk mendeteksi secara dini, walaupun dapat juga disebabkan oleh gangguan lain.
Anak kecil
  1. Ada hari “baik” dan hari “buruk” tapa alasan jelas
  2. Sulit membedakan “di atas” dan “di bawah”, “ke dalam” dan “ke luar”
  3. Mengalami kesulitan dengan urutan, misalnya urutan warna. Di kemudian hari menjadi kesulitan mengurutkan nama hari atau mengurutkan angka.
  4. Riwayat keluarga dengan dyslexia
Pra sekolah, kemampuan berbahasa
  1. Salah mengucapkan sesuatu berulangkali misalnya “obli” untuk “mobil”
  2. Susah mengingat nama benda yang sederhana, misalnya meja atau kursi
  3. Susah mengingat lagu anak-anak, dan urutan kata yang bunyinya sama, misalnya “kakak, kaki, kaku”
  4. Bicaranya terlambat
Pra sekolah, kesulitan lain
  1. Cepat dapat berjalan tetapi tidak merangkak, ngesot
  2. Mengenakan sepatu sering terbalik
  3. Lebih senang mendengar cerita dibanding melihat tulisan
  4. Sering seperti tidak memperhatikan
  5. Sering tersandung, jatuh, menabrak sesuatu saat berjalan
  6. Sulit melempar, dan menangkap bola, melompat, bertepuk tangan menurut irama
Usia sekolah, kemampuan berbahasa dan menulis
  1. Mengalami kesulitan membaca dan mengeja
  2. Salah menulis dan meletakkan gambar
  3. Sulit menghapal alfabet
  4. Huruf terbalik-balik, terutama “b” dan “d,” “tadi” dan “tapi”
  5. Menggunakan jari untuk menghitung
  6. Konsentrasi buruk
  7. Tidak mengerti apa yang dibaca
  8. Menulis lama sekali
Usia sekolah, kesulitan lain
  1. Sulit mengenakan tali sepatu
  2. Sulit membedakan kanan-kiri, urutan nama hari atau nama bulan
  3. Sulit membedakan kanan-kiri
  4. Hilang rasa percaya diri

Bagaimana seorang dokter atau psikolog dapat mendiagnosis dyslexia?

Diagnosis dyslexia ditegakkan berdasarkan adanya perbedaan kemampuan intelegensi (yang menggambarkan kemampuan anak untuk belajar) dengan hasil yang diperoleh (yang menggambarkan prestasi anak sebenarnya). Walaupun demikian, tidak ada kesepakatan mengenai derajat perbedaan tersebut. Menurut kriteria, perbedaan tersebut adalah sekitar 15-30 point.
Tentunya kemampuan intelegensi anak harus diuji untuk menyingkirkan kemungkinan retardasi mental. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan terhadap hal-hal yang mungkin merupakan penyebab kesulitan belajar, misalnya ada tidaknya ADHD, ada tidaknya gangguan mata dan telinga, atau penyakit lain.

Apakah anak dyslexia dapat belajar membaca?

Ya. Anak yang mendapat terapi yang efektif sejak TK dan kelas 1 SD menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan anak yang baru mendapat pertolongan setelah kelas 3 SD. Tetapi, kalau dyslexia terlambat ditangani hasilnya kurang baik. Sebanyak 74% anak yang sulit membaca di kelas 3 SD tetap mengalami kesulitan membaca di SMP, atau bahkan dewasa.
Walaupun demikian, tidak ada kata terlambat untuk mulai membantu anak.

Bagaimana pengobatan anak dengan dyslexia?

Sayangnya tidak ada pengobatan dengan obat. Terapi ditujukan untuk mengatasi kesulitan belajar yang spesifik, dan sangat individual. Kemudian dilakukan perubahan cara pembelajaran dan lingkungan untuk membantu anak secara khusus.
Tahap pertama adalah menentukan diagnosis dengan benar, kemudian melakukan berbagai pemeriksaan psikologis dan fisik.
Kemudian disusul evaluasi lengkap mengenai kelemahan dan kelebihan anak, tentunya dengan bantuan guru di sekolah.
Setelah itu, dilakukan pertemuan antara orang tua, guru dan profesional untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam memperbaiki cara belajar anak secara individual. Orang tua juga diberi petunjuk bagaimana membantu anak di rumah.

Akan jadi bagaimana di kemudian hari?

Sulit untuk menentukan keadaan anak di kemudian hari. Dyslexia menyebabkan gejala yang berbeda jenis dan beratnya pada masing-masing orang. Masa depan lebih baik bila dyslexia cepat dikenal dan ditangani, dengan bantuan keluarga, teman dan guru. Rasa percaya diri yang tinggi akan sangat membantu, juga proses belajar yang khusus.
Harus diingat bahwa anak dengan dyslexia sering menunjukkan kemampuan luar bisa misanya sangat inovatif, memecahkan masalah dengan sangat baik, kreatif dan berpikir lateral. Banyak orang dyslexia menjadi orang sangat sukses. Beberapa contoh misalnya:
  • Ann Bancroft – Wanita pertama yang menyeberangi es di kutub utara dan selatan. www.yourexpedition.com
  • David Boies – Pengacara yang mempunyai klien sangat terkenal, misalnya wakil presiden Amerika dahulu Al Gore, Jr., Napster, dan Departemen Kehakiman Amerika dalam menghadapi Microsoft.
  • Whoopi Goldberg – Bintang film dengan Academy Award untuk perannya dalam "Ghost," www.whoopi.com
Orang-orang tersebut berjuang melawan dyslexia, dan berhasil mengalahkannya.

Referensi

  1. Kronenberg WG, Dunn DW. Learning Disorders. Neurol Clin N Am 2003;21:941-952
  2. Bub D. Alexia and related disorders. Neurol Clin N Am 2003;21:549-568
  3. Olitsky SE, Nelson LB. Reading disorders in children. Pediatr Clin N Am 2003;50:213-224
  4. British Dyslexia Association. www.bdadyslexia.org.uk
  5. International Dyslexia Association. www.interdys.org
Diposting oleh aiiu.iOr
Terinspirasi kisah sesungguhnya tentang Lissa Weinstein, Ph.D mengenai puteranya yang menyandang disleksia, maka dia menulis buku yang berjudul “Living with Dyslexia”. Buku tersebut diterbitkan oleh Penerbit Qanita pada Januari 2008.
Mulanya saya tidak begitu tertarik ingin tahu tentang “Disleksia”, tapi setelah sekian lama saya banyak bergaul dengan beberapa orang yang berkisah mengenai hal ini, maka ketertarikan saya pun muncul begitu saja terutama setelah dikait-kaitkan dengan beberapa hal atau kejadian-kejadian yang … betul ada dan dekat dengan sekitar saya, yaitu yang ada hubungan keluarga dengan saya. Saking penasarannya isi buku itu, karena saya ingin tahu betul apa sebenarnya disleksia, apa penyebabnya dan lain-lainnya, tak terasa saya menitikkan air mata, betapa gundah seorang ibu apabila mempunyai anak menyandang disleksia. Mungkin bukan hanya disleksia yang akhir-akhir ini mulai diperhatikan, jauh sebelumnya yang terkenal zaman saya adalah anak menyandang hyperactive, atau autisme. Namun jika saya membuka pembicaraan dengan teman-teman saya, responnya mereka lebih tahu dan mengenal anak autis dari pada anak disleksia. Lissa Weinstein adalah seorang ibu intelektual dengan memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan psikologi anak harus bergulat melepaskan anak kebanggaannya dari derita kesulitan belajar. Sepertinya ungkapan ini tidak aneh bagi ibu-ibu yang mempunyai anak, kebanyakan memang anak-anak susah untuk disuruh belajar, tapi ini kasus lain. Dan inilah yang menarik untuk saya.
Dari buku itu saya mendapat penjelasan bahwa Dyslexia, berasal dari kata Dys, artinya kesulitan, dan Lexico, artinya berhubungan dengan kata-kata.
Definisi resmi yang sekarang dipakai oleh National Institute of Child Health adalah:
“……salah satu dari beberapa jenis kesulitan belajar yang khas. Disleksia adalah suatu gangguan spesifik berbasis bahasa, yang bersifat bawaan dan ditandai dengan kesulitan mengartikan satu kata tunggal, yang biasanya mencerminkan kemampuan pemrosesan fonologis yang tidak memadai. Kesulitan mengartikan satu kata tunggal ini sering kali tak terduga jika dikaitkan dengan usia serta kemampuan kognitif dan akademis lainnya; kesulitan ini bukanlah akibat dari kesuliitan umum yang berkaitan dengan perkembangan atau kerusakan indra fisik. Disleksia ditunjukkan dengan kesulitan berbeda-beda dalam berbagai bentuk bahasa, yang sering kali mencakup juga, selain masalah dalam membaca, suatu masalah menyolok dalam menguasai keterampilan menulis dan mengeja”. (Lyons, 1996, 34)
Ternyata banyak sekali definisi dari disleksia ini. Dari hasil temuan di seluruh dunia, anak-anak yang menyandang disleksia berkisar antara 5%-10%.
Dalam sebuah studi terbaru yang dilakukan terhadap bayi-bayi yang baru lahir, potensi untuk merespons suku kata ujaran dan bukan ujaran telah berhasil membedakan bayi-bayi yang nantinya setelah 8 tahun akan menunjukkan gejala sebagai pembaca yang buruk, penyandang disleksia, atau normal. Fakta dari penelitian ternyata sebanyak 40% anak-anak disleksia juga punya saudara kandung dengan masalah yang sama. Juga dilaporkan bahwa sekitar 23%-65% anak-anak dari orangtua disleksia juga menyandang disleksia. Jadi kata bawaan mengacu pada fakta bahwa masalah membaca bukanlah akibat dari cedera kepala atau penyakit akut lainnya, melainkan berhubungan dengan garis keturunan yang tidak bisa disembuhkan, bahkan disleksia ini meski pun sudah diajari membaca, tetapi pemrosesan yang kronis akan berlangsung seumur hidup.
Ada satu yang positif dari sifat bawaan ini, yaitu bahwa proses-proses dasar yang menyimpang dapat diketahui sangat dini dengan memerhatikan perbedaan-perbedaan khusus dalam perkembangan si anak. Inilah tanda-tanda yang paling tidak terperhatikan oleh orangtua apa yang sedang berlangsung pada kehidupan anak.
Perubahan-perubahan spesifik pada fungsi otak menimbulkan masalah-masalah pemrosesan fonologis, sejumlah spesimen otak pascakematian semuanya menunjukkan daerah otak (yang disebut dengan istilah Girus angular), yaitu temporo(lobus temporal) - parietal - oksipital kiri  (pelipis - bagian otak samping ke atas - bagian belakang kepala) penyandang disleksia berbeda dengan pembaca normal. Girus angular inilah yang bertindak sebagai jalur dalam pemrosesan dan pengintegrasian informasi dari mata (pandangan) dan telinga (bunyi) yang menjadikan seseorang dapat memahami bahasa tertulis. Karena itu penyandang disleksia tidak dapat disalahkan jika sepanjang hidup kemampuan membaca mereka buruk, karena mereka tidak memiliki satu pun koneksi fungsional dalam girus angular kiri seperti yang ditemukan pada pembaca normal.
Disleksia, akan tetap disleksia dalam bahasa apa pun, tetapi sestem penulisan dalam beberapa bahasa lebih rumit dari pada yang lain, misalnya Bahasa Inggris memiliki 1.120 cara untuk mengeja ke-40 fonemnya, sebaliknya Bahasa Italia, sistem ejaannya jelas dan sederhana, abjad diletakkan pada setiap bunyi ujaran yang dipakai, Orang Italia hanya membutuhkan 33 kombinasi huruf untuk mengeja 25 fonem, hampir tidak ada orang Italia yang diidentifikasikan menyandang disleksia. Bagi anak-anak penyandang disleksia dianjurkan tidak memilih Bahasa Perancis karena bahasa ini peletakan hubungan antara huruf, bunyi ujaran, dan bunyi keseluruhan kata sering kali amatlah tidak jelas.
Terakhir disimpulkan bahwa penyandang disleksia tidaklah bodoh, sekali pun mereka sering merasa seperti itu. Kalau dipikir-pikir, mengartikan itu sendiri sangatlah bodoh. A akan selalu A. Di manaletak imajinasi dalam kenyataan itu: Tidak perlu ada kognisi pada araf lebih tinggi. Kita hanya “terprogram” untuk membaca, atau kita harus diajari untuk melakukannya secara sadar dan dengan latihan, membaca akan menjadi lebih otomatis. Padahal kemampuan mengartikan apa yang tertulis tidak menunjukkan apa pun tentang kepasitas kecerdasan kita atau kapasitas untuk memahami apa yang kita baca.
Diposting oleh aiiu.iOr
Apa itu dyslexia? Dyslexia adalah suatu penyakit kesulitan dalam belajar yang menganggu kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, mengeja dan terkadang berbicara. Dyslexia tidak menganggu tingkat intelektualitas seseorang karena pengidap dyslexia ditemukan dalam berbagai tingkat intelektualitas manusia. Para pengidap dyslexia memiliki gangguan hubungan syaraf yang menyebabkan sulitnya otak untuk menerjemahkan gambar dari mata dan telinga ke bahasa yang mudah untuk dimengerti. Dyslexia umumnya ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.

Ada tiga tipe dyslexia, yang pertama adalah “trauma dyslexia” yaitu gangguan pada otak yang terjadi pada otak pada saat masih anak-anak. Lalu ada juga “dyslexia utama”, yaitu kerusakan yang terjadi pada otak bagian kiri hingga mempengaruhi kesulitan dalam menulis dan membaca. Yang ketiga adalah “dyslexia perkembangan”, yaitu dyslexia yang terjadi karena gangguan hormon yang terjadi selama masa pertumbuhan.

Beberapa gejala diantaranya bisa ditemukan pada usia awal seperti umur 7-8 tahun seperti kesulitan mengingat huruf dan angka, kesulitan mengekspresikan diri secara verbal dan kadang pula kesulitan untuk berbicara secara lancar sehingga terkesan untuk bicara gagap. Mereka juga sering bicara terbalik-balik seperti “aminal” untuk “animal”(binatang), “hekalopter” untuk ”helicopter”(helicopter) dan lain sebagainya.

Belum ada penyebab pasti mengapa dyslexia terjadi, namun dikatakan bahwa salah satu penyebabnya adalah faktor keturunan. Dyslexia tidak dapat disembuhkan secara total, namun keadaannya bisa diperbaiki dengan berbagai terapi, diet makanan khusus hingga vitamin dan nutrisi khusus.

Di Indonesia sendiri, dikabarkan bahwa Nirina Zubir adalah salah seorang pengidap dyslexia, namun hal itu tidak menghambatnya untuk mempelajari berbagai bahasa dari Inggris, Cina, Jepang hingga Korea. Terbukti bahwa dyslexia bukanlah suatu hambatan, melainkan suatu “keistimewaan” yang unik.


Sumber:
www.wikipedia.com
http://www.medicinenet.com/dyslexia/article.htm
tabloid “Wanita Indonesia”, edisi April 2009
www.images.yahoo.com
Diposting oleh aiiu.iOr

Kesulitan Belajar umum pada anak-anak



Tahukah Anda bahwa dyslexia (disleksia dalam bahasa Indonesia) adalah penyebab yang paling umum dari masalah kesulitan mengeja, membaca dan menulis? Bagaimana kita membantu anak-anak mengatasi kesulitan-kesulitan ini agar berhasil di sekolah? Informasi-informasi berikut ini bertujuan membantu orang tua, guru, dan terapis mengerti dyslexia dan membantu anak/murid mengembangkan kecintaan membaca dan menulis.

Apa itu dyslexia dan penyebabnya?



Dyslexia adalah suatu masalah kesulitan belajar khusus. Dyslexia mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar, mengolah, dan mengerti suatu informasi dengan baik. Secara khusus, hal ini menyebabkan masalah dalam membaca dan menulis karena seseorang dengan problem dyslexia mempunyai kesulitan mengenali dan mengartikan suatu kata, mengerti isi suatu bacaan, dan mengenali bunyi. Tentunya ini menghambat kemampuan seorang anak untuk belajar membaca, bahkan jika anak mempunyai intelegensia normal dan instruksi yang jelas. Dyslexia mempengaruhi 15-20% dari populasi, dan terjadi pada laki-laki dua kali lebih banyak dari pada perempuan.

Penyebab dari dyslexia secara umum bisa jadi dari genetika, namun penyebab lain yang tidak umum adalah cedera pada kepala atau trauma. Beberapa anak dyslexia ternyata memproses informasi menggunakan area yang berbeda pada otak dibanding anak-anak tanpa kesulitan belajar. Walaupun begitu, ini bukan merupakan karakteristik pada semua anak dyslexia. Beberapa type dyslexia bisa menunjukkan perbaikan sejalan bertambahnya usia anak.

Bagaimana mengidentifikasi dyslexia?


Identifikasi dyslexia mungkin sangat sulit dilakukan sebagai orang tua atau guru di kelas. Namun orang tua dan guru bisa melihat beberapa tanda dan gejala dyslexia, dan bisa mencari pendapat dan evaluasi dari ahli profesional/terapis yang tepat.

Perhatikan beberapa tanda berikut :



  • Kesulitan mengasosiasikan (menghubungkan arti) suatu huruf dengan bunyinya
  • Terbalik dengan huruf (dia jadi bia) atau kata (tik jadi kit)
  • Kesulitan membaca kata tunggal
  • Kesulitan mengeja kata tunggal
  • Kesulitan mencatat huruf/kata dari papan tulis atau buku
  • Kesulitan mengerti apa yang mereka dengar (auditory)
  • Kesulitan mengatur tugas, material, dan waktu
  • Kesulitan mengingat isi materi baru dan materi sejenisnya
  • Kesulitan dengan tugas menulis
  • Kesulitan pada kemampuan motorik halus (misalnya memegang alat tulis, mengancing baju)
  • Tidak terkoordinasi
  • Masalah perilaku dan/atau tidak suka membaca


Jika seorang anak menunjukkan sejumlah tanda-tanda dyslexia, rujuklah anak kepada lembaga pendidikan khusus atau ahli profesional yang terlatih dalam masalah dyslexia, untuk melakukan evaluasi menyeluruh. (Catatan : daftar tanda-tanda di atas tidak merupakan daftar mutlak tanda dan gejala dyslexia. Gunakanlah hanya sebagai panduan umum, bukan sebagai dasar diagnosis. Tanyakanlah dulu kepada ahli untuk rujukan selanjutnya)

Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu anak dyslexia?
Setelah anak dievaluasi, hasilnya akan menunjukkan dengan cara bagaimana anak bisa belajar paling baik. Ada anak yang belajar lebih baik dengan cara visual (melihat), auditori (mendengarkan), dan taktil (menyentuh/meraba). Menggunakan gaya belajar yang sesuai untuk tiap anak sangat penting supaya mereka bisa belajar lebih baik. Berikut adalah contoh cara belajar untuk masing-masing type anak (saran-saran ini bersifat umum dan tidak harus digunakan secara mutlak pada tiap anak)

Visual (penglihatan)


Anak belajar paling baik dengan cara melihat informasi. Karena itu, cara mulai yang baik adalah dengan menggunakan kartu bergambar dengan kata-kata tertulis di bawahnya (flash card). Pilihlah kata-kata yang sesuai dengan level belajar anak. Selain itu, jika anak kesulitan dengan bunyi, tunjukkan di mana bunyi itu dibuat di dalam mulut secara umum.

Contoh : tunjukkan huruf /t/ pada kartu, lalu arahkan ke dalam mulut Anda. Buatlah bunyi /t/ dengan gerakan yang berlebihan. Biarkan anak meniru tindakan Anda sambil melihat ke dalam cermin. Tingkatkan dengan kombinasi suku kata 2 huruf (ta, ti) dan 3 huruf (tas, top), dengan cara menyuarakan dan menulis. Bantulah juga dalam hal kemampuan mengelompokkan dengan menggunakan gambar-gambar dan kata pada kalender harian. Ulanglah kalender ini setiap hari, lalu tandai tugas-tugas yang sudah selesai.

Auditori (pendengaran)



Anak-anak auditori belajar paling baik dengan cara mendengarkan apa yang diajarkan. Untuk anak yang kesulitan pada masalah bunyi, ajarkan sepasang kata singkat dan mintalah anak untuk mengatakan kata mana yang betul (tas/das). Juga, mintalah mereka menulis huruf, kata, atau kalimat sementara Anda mengucapkannya, untuk melatih kemampuan menulis. Bantulah juga dalam hal kemampuan mengelompokkan dengan memasang kalender “verbal” (diucapkan). Baca dengan keras kepada anak jadwal hariannya dan bantulah dia mengatur tugas, jadwal, dll.

Taktil (perabaan)


Anak-anak ini belajar paling baik dengan proses ‘menyentuh’. Ini adalah anak-anak yang biasa terlihat memisahkan bagian suatu benda dan kemudian menyatukannya kembali. Mereka belajar paling baik dengan melalui sentuhan, sehingga sangatlah penting untuk memasukkan gaya belajar ini ke dalam perintah-perintah Anda.

Contoh : Biarkan anak membuat bentuk huruf dari tanah liat, untuk membentuk kata singkat. Ulanglah bunyi dari tiap huruf sementara anak membuatnya. Selain itu, alat pengeja taktil juga penting untuk pembelajar type ini. Alat ini meliputi huruf-huruf bertekstur/guratan sehingga anak mendapat rabaan taktil sementara mengeja. Bantulah mengelompokkan dengan mengkombinasikan proses belajar visual dan taktil. Buat kalender dan tandai tiap tanggal penting dengan sticker timbul/bertekstur. Setiap hari, ulanglah kalender ini bersama anak dan buatlah ia menyentuh dan merasakan stiker tersebut. Kombinasi pembelajaran visual dan taktil akan membantu daya ingat.

Contoh-contoh di atas adalah saran untuk mengajar anak dyslexia dengan memfokus pada gaya belajar individual mereka. Ingatlah bahwa banyaknya waktu mengajar mereka secara individu dan identifikasi dini terhadap kesulitan belajar ini, akan membuat proses belajar lebih berhasil.
Diposting oleh aiiu.iOr
Selama ini, kemampuan membaca dan menulis kerap menjadi acuan para orangtua dalam mengontrol kepandaian anaknya yang sudah memasuki usia sekolah. Bahkan terkadang anak yang sudah bersekolah dan belum bisa lancar membaca dianggap bodoh atau tertinggal. Padahal siapa tahu ternyata anak tersebut menderita disleksia, yakni gangguan membaca dan menulis akibat kelainan pada otak.
 
 
Perlu diketahui bahwa secara normal, kemampuan membaca sudah muncul sejak si kecil menginjak usia enam atau tujuh tahun. namun hal ini tidak terjadi pada anak penderita disleksia. Sampai usia 12 tahun, anak tersebut masih belum lancar membaca dan menulis. Bahkan sampai usia dewasa sekalipun mereka masih mengalami gangguan keduanya.
Sayangnya, hingga saat ini masih banyak orangtua yang tidak menyadari gejala ini sehingga pencegahan dini tidak bisa dilakukan.
Disleksia (dyslexia)
 
Merupakan sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada anak tersebut dalam melakukan aktifitas membaca dan menulis. Gangguan ini bukan bentuk dari ketidakmampuan fisik, seperti karena ada masalah dengan penglihatan, tapi mengarah pada bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca anak tersebut. Kesulitan ini biasanya baru terdeteksi setelah anak memasuki dunia sekolah untuk beberapa waktu.
Kenali ciri-cirinya:
  1. Lambat bicara jika dibandingkan kebanyakan anak seusianya dan tidak dapat mengucapkan kata-kata secara benar.
  2. Lambat mengenali alfabet, angka, hari, minggu, bulan, warna, bentuk dan informasi mendasar lainnya. Serta sulit dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata.
  3. Sulit menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukannya menjadi sebuah kata.
  4. Sulit mengeja secara benar. Bahkan mungkin anak akan mengeja satu kata dengan bermacam ucapan.
  5. Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar. Anak bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk seperti b – d, u – n, m – n.
  6. Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lainnya.
  7. Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca.
  1. Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata. Misalnya kata ”gajah” ducapkan menjadi ”gagah”, "pelajaran" dibaca "perjalanan".
  2. Rancu dengan kata-kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi.
  3. Bingung menentukan tangan mana yang dipakai untuk menulis.
  4. Lupa mencantunkan huruf besar, serta lupa meletakkan tanda-tanda baca lainnya, seperti titik atau koma.
  5. Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik/ tulisannya jelek sekali.
 
  1. Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata. Tulisannya tidak stabil, kadang naik, kadang turun.
  2. Punya kebiasaan membaca terlalu cepat hingga salah mengucapkan kata atau bahkan terlalu lambat dan terputus-putus.
  3. Rancu dalam memahami konsep kiri­kanan, atas-bawah, utara-selatan, timur-barat.
  4. Memegang alat tulis terlalu kuat/keras
  5. Rancu atau bingung dengan simbol-simbol matematis. Misalnya tanda +, -, x, :, dan sebagainya.
  6. Sulit mengikuti lebih dari sebuah instruksi dalam satu waktu yang sama.


Penyebab
  1. Genetik/ keturunan. Disleksia cenderung terdapat pada keluarga yang mempunyai anggota kidal. Namun, orang tua yang disleksia tidak secara otomatis menurunkan gangguan ini pada anak-anaknya, atau anak kidal pasti disleksia.
  2. Memiliki masalah pendengaran sejak usia dini. Jika kesulitan  tidak terdeteksi sejak dini, maka otak yang sedang berkembang akan sulit menghubungkan bunyi atau suara yang didengarnya dengan huruf atau kata yang dilihatnya.
  3. Faktor kombinasi. Merupakan kombinasi dari dua hal diatas. Faktor kombinasi ini menyebabkan anak yang disleksia menjadi kian serius atau parah, hingga perlu penanganan menyeluruh dan kontinyu.
Pengobatan
  1. Educational approachdan phonic lessons. Apabila orangtua dan guru mulai mencurigai bahwa anak mengidap disleksia, hendaknya segera berkonsultasi dengan psikolog atau klinik/ sekolah pengajaran khusus (special education) untuk mendapatkan informasi mengenai cara penangan yang sebaiknya dilakukan untuk membantu anak dalam meningkatkan perkembangan membacanya. Anak disleksia tidak selamanya tidak mampu membaca dan menulis. Apabila mendapat penanganan yang tepat dan intensif,anak disleksia akan dapat membaca sama seperti anak normal lainnya. Bahkan bisa ber-IQ lebih tinggi dari anak mormal.
  2. Metode multi-sensory. Dengan metode yang terintegrasi, anak akan diajarkan mengeja tidak hanya berdasarkan apa yang didengarnya lalu diucapkan kembali, tapi juga memanfaatkan kemampuan memori visual (penglihatan) serta taktil (sentuhan). Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan dan sentuhan sehingga mempermudah otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf.
  3. Membangun rasa percaya diri. Jangan pernah menganggap anak bodoh dan lamban dalam melakukan apapun. Bantulah anak menemukan keunggulan diri, agar bisa merasa bangga dan tidak pesimis terhadap hambatan yang saat ini sedang diatasi. Kalau perlu, jelaskan pada mereka figur-figur orang terkenal yang mampu mengatasi problem disleksianya dan melakukan sesuatu yang berguna untuk masyarakat.
Diposting oleh aiiu.iOr
Definisi
Disleksia adalah suatu keadaan/ gangguan yang didapat secara keturunan yang menyebabkan kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja bahasa asal seseorang. Walaupun kemampuan intelegensi anak tersebut lebih dari rata-rata. Kalau penyebabnya retardasi mental, tidak diajar membaca, tidak mendapat kesempatan belajar, atau ada penyakit fisik tidak termasuk dalam disleksia.
Sudah diketahui bahwa ada beberapa perbedaan otak anak dyslexia dengan anak lain. Perbedaan pertama adalah bahwa otak anak disleksia tidak menunjukkan asimetri pada pusat berbahasa di otak, di daerah temporal. Pada anak biasa, daerah temporal di otak kiri lebih besar dibandingkan kanan. Pada anak disleksia, kiri dan kanan sama saja. Perbedaan kedua adalah bahwa pada anak disleksia terdapat gangguan sel saraf di beberapa daerah otak yang berhubungan dengan kemampuan membaca, misalnya di daerah parietal dan temporal. Gangguan sel saraf ini sudah terjadi sejak anak masih dalam kandungan.
Ada faktor keturunan? Ya pada sebagian kasus. Ada riwayat kesulitan membaca pada orang tua, paman atau nenek.
Gejala dan tanda :

Pra sekolah, kesulitan lain
-Cepat dapat berjalan tetapi tidak merangkak, ngesot
-Mengenakan sepatu sering terbalik
-Lebih senang mendengar cerita dibanding melihat tulisan
-Sering seperti tidak memperhatikan
-Sering tersandung, jatuh, menabrak sesuatu saat berjalan
-Sulit melempar, dan menangkap bola, melompat, bertepuk tangan menurut irama
Usia sekolah, kemampuan berbahasa dan menulis
-Mengalami kesulitan membaca dan mengeja
-Salah menulis dan meletakkan gambar
-Sulit menghapal alfabet
-Huruf terbalik-balik, terutama “b” dan “d,” “tadi” dan “tapi”
-Menggunakan jari untuk menghitung
-Konsentrasi buruk
-Tidak mengerti apa yang dibaca
-Menulis lama sekali
Usia sekolah, kesulitan lain
-Sulit mengenakan tali sepatu
-Sulit membedakan kanan-kiri, urutan nama hari atau nama bulan
-Sulit membedakan kanan-kiri
-Hilang rasa percaya diri
Diagnosa

Diagnosis dyslexia ditegakkan berdasarkan adanya perbedaan kemampuan intelegensi (yang menggambarkan kemampuan anak untuk belajar) dengan hasil yang diperoleh (yang menggambarkan prestasi anak sebenarnya). Walaupun demikian, tidak ada kesepakatan mengenai derajat perbedaan tersebut. Menurut kriteria, perbedaan tersebut adalah sekitar 15-30 point.
Tentunya kemampuan intelegensi anak harus diuji untuk menyingkirkan kemungkinan retardasi mental. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan terhadap hal-hal yang mungkin merupakan penyebab kesulitan belajar, misalnya ada tidaknya ADHD, ada tidaknya gangguan mata dan telinga, atau penyakit lain.
Penatalaksanaan

Sampai saat ini tidak ada pengobatan dengan obat. Terapi ditujukan untuk mengatasi kesulitan belajar yang spesifik, dan sangat individual. Kemudian dilakukan perubahan cara pembelajaran dan lingkungan untuk membantu anak secara khusus.
Tahap pertama adalah menentukan diagnosis dengan benar, kemudian melakukan berbagai pemeriksaan psikologis dan fisik. Kemudian disusul evaluasi lengkap mengenai kelemahan dan kelebihan anak, tentunya dengan bantuan guru di sekolah.
Setelah itu, dilakukan pertemuan antara orang tua, guru dan profesional untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam memperbaiki cara belajar anak secara individual. Orang tua juga diberi petunjuk bagaimana membantu anak di rumah.
Harus diingat bahwa anak dengan dyslexia sering menunjukkan kemampuan luar bisa misanya sangat inovatif, memecahkan masalah dengan sangat baik, kreatif dan berpikir lateral. Banyak orang disleksia menjadi orang sangat sukses. 
 
Sumber :
http://pediatrics.jwatch.org/cgi/content/full/2006/526/12
Diposting oleh aiiu.iOr
Definisi Disleksia adalah ketidakmampuan belajar yang ditandai dengan masalah-masalah dalam membaca, mengeja, menulis, berbicara atau mendengarkan. Dalam banyak kasus, disleksia tampaknya keturunan. Keterangan tentang kata disleksia berasal dari kata Yunani, dys (yaitu, miskin atau tidak memadai) dan leksikon dari kata (arti kata-kata atau bahasa). National Institutes of Health memperkirakan bahwa sekitar 15% dari populasi Amerika Serikat dipengaruhi oleh ketidakmampuan belajar, sebagian besar masalah dalam bahasa dan membaca. Kondisi ini terjadi di semua usia, ras dan tingkat pendapatan. Dyslexia bukan penyakit, tetapi lebih menggambarkan yang berbeda pikiran yang dipelajari berbeda dari orang lain. Banyak orang dengan kondisi yang berbakat dan sangat produktif di disleksia semua dihubungkan dengan kecerdasan rendah. Bahkan, intelijen tidak ada hubungannya dengan disleksia. Penderita Disleksia anak tampaknya mengalami kesulitan belajar keterampilan membaca awal, masalah pendengaran suara individu dalam kata-kata, menganalisis kata-kata utuh ke dalam bagian-bagian dan menerapkan
Diposting oleh aiiu.iOr
Ada beberapa faktor yang yang mempengaruhi keidakmampuan menulis (disgrafia). Diantaranya motorik, perilaku, persepsi, memori, dan pemahan instruktur. Motorik halus yang lemah dalam hal gerak tangan yang lemah dalam menekan pensil akan meyulitkan anak dalam mengembangkan kemampuan menulis. Perilaku anak yang kurang memperhatikan dan konsentrasi akan menghambat anak untuk menulis. Hal yang menyulitkan menulis adlah persepsinya yang sulit dalam mendengar dan membedakan huruf-huruf. Memori anak yang sulit mengingat kembali yang hal-hal yang didengar dan dilihat juga menjadi unsur yang penting yang harus diperhatikan. Penyebab disgrafia belum diketahui penyebabnya , tetapi diduga karena adanya kejadian traumatic yang menganggu perkembangan si anak. Pengaruh keturunan juga ikut andil dalam penyebb disgrafia. Penyebab lainnya yaitu lesi, terdapat defisit sensorik penyimpanan laterisasi yang ada di otak.
Diposting oleh aiiu.iOr
  1. Pahami keadaan anak. Sebaiknya orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
  2. Menyajikan tulisan cetak. Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin ketik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.
  3. Membangun rasa percaya diri anak. Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
  4. Latih anak untuk terus menulis. Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.
Diposting oleh aiiu.iOr
kesulitan belajar pada anak bila tidak dideteksi secara dini dan tidak dilakukan terapi yang benar, bisa menyebabkan kegagalan dalam proses pendidikan anak. Kepedulian orang tua yang tinggi dapat membantu dalam deteksi dini kesulitan belajar anak.

Riwayat penyakit terdahulu, seperti anak pernah mengalami sakit keras hingga demam tinggi, atau anak terlahir prematur, merupakan faktor risiko terjadinya kesulitan belajar. Gangguan berat akan mudah teridentifikasi, sehingga dapat terdeteksi pada usia dini. Sedangkan pada anak dengan gangguan ringan mungkin baru teridentifikasi saat usia sekolah.

Peran dokter anak pada gangguan kesulitan belajar, terutama ditujukan untuk mendeteksi tumbuh kembang anak sesuai dengan tahapan usianya. Pada umur dua atau tiga tahun pada umumnya anak-anak belum belajar menulis, namun anak telah menyukai kegiatan menulis walaupun hanya sekedar coretan yang belum bermakna. Ketika memasuki usia sekolah, kegiatan menulis merupakan hal yang menyenangkan karena mereka menyadari bahwa anak yang bisa menulis akan mendapatkan nilai baik dari gurunya.

Menulis membutuhkan perkembangan kemampuan lebih lanjut dari membaca. Perkembangan yang dikemukakan oleh Temple, Nathan, Burns; Cly: Ferreiro dan Teberosky dalam Brewer (1992) oleh Rini Hapsari :

1. Scribble stage. Pada tahap ini anak ditandai dengan mulainya anak menggunakan alat tulis untuk membuat coretan. Sebelum ia belajar untuk membuat bentuk, huruf yang dapat dikenali.

2. Linear repetitive stage. Pada tahap ini anak menemukan bahwa tulisan biasanya berarah horizontal dan huruf-huruf tersusun berupa barisan pada halaman kertas. Anak juga telah mengetahui bahwa kata yang panjang akan ditulis dalam barisan huruf yang lebih panjang dibandingkan dengan kata yang pendek.

3. Random letter stage. Pada tahap ini anak belajar mengenai bentuk coretan yang dapat diterima sebagai huruf dan dapat menuliskan huruf-huruf tersebut dalam urutan acak dengan maksud menulis kata tertentu.

4. Letter name writing, phonetic writing. Pada tahap ini anak mulai memahami hubungan antara huruf dengan bunyi tertentu. Anak dapat menuliskan satu atau beberapa huruf untuk melambangkan suatu kata, seperti menuliskan huruf depan namanya saja, atau menulis ”bu” dengan sebagai lambang dari ”buku”

5. Transitional spelling. Pada tahap ini anak mulai memahami cara menulis secara konvensional, yaitu menggunakan ejaan yang berlaku umum. Anak dapat menuliskan kata yang memiliki ejaan dan bunyi sama dengan benar seperti kata ”buku”, namun masih sering salah menuliskan kata yang ejaannya mengikuti cara konvensioanl dan tidak hanya ditentukan oleh bunyi yang terdengar seperti hari ”sabtu” tidak ditulis ”saptu”, padahal kedua tulisan tersebut berbunyi sama jika dibaca

6. Conventional spelling. Pada tahap ini anak telah menguasai cara menulis secara konvensional yaitu menggunakan bentuk huruf dan ejaan yang berlaku umum untuk mengekspresikan berbagai ide abstrak.

Pada anak usia sekolah, perkembangan menulis telah berada pada tahap terakhir yaitu conventional spelling, selain telah dapat menulis dengan huruf dan ejaan yang benar, anak pada usia kelas dua SD telah memperhatikan aspek penampilan visual mereka.

Beberapa anak mengalami gangguan dalam menulis. Kesulitan menulis ini disebut disgrafia. Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan disgrafia.

Di antaranya adalah:

1. Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.

2. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.

3. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.

4. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.

5. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.

6. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.

7. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.

8. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.

Teori konstruksi sosial Vygotsky (dalam Santroks, 2004), memiliki tiga asumsi yaitu: (1) kemampuan kognitif anak dapat dipahami hanya ketika mereka mampu menganalisa dan menginterpretasikan sesuatu, (2) kemampuan kognitif anak dimediasi oleh penggunaan bahasa atau kata-kata sebagai alat untuk mentansformasi dan memfasilitasi aktivitas mental, (3) kemampuan kognitif berkaitan dengan hubungan sosial dan latar belakang sosial budaya.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut Vygotsky mengemukakan tiga konsep belajar yaitu: (1) zone of proximal development (ZPD) yaitu suatu wilayah (range) antara level terendah yaitu kemampuan yang dapat diraih anak jika tanpa bimbingan hingga level tertinggi yaitu kemampuan yang dapat diraih anak jika dengan bimbingan, (2) Scaffolding yaitu teknik untuk mengubah tingkat dukungan, dan (3)Language and Thought.

Aplikasi Teori Vygotsky dapat digunakan guru dan orang tua untuk membantu anak yang mengalami Disgrafia.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan meliputi:

1. Mengidentifikasi masalah Disgrafia, terdiri dari:
a) Masalah Penggunaan huruf kapital
b) Ketidakkonsistenan bentuk huruf
c) Alur yang tidak stabil (tulisan naik turun)JxlkU
d) Ukuran dan bentuk huruf tidak konsisten

2. Menentukan ZPD pada masing-masing masalah tersebut
a) ZPD untuk kesalahan penggunaan huruf kapital
b) ZPD untuk ketidakkonsistenan bentuk huruf
c) ZPD untuk ketidakkonsistenan ukuran huruf
d) ZPD untuk ketidakstabilan alur tulisan

3. Merancang program pelatihan dengan teknik scaffolding
Teknik scaffolding dalam pelatihan ini meliputi tahapan sebagai berikut:
I. Memberikan tugas menulis kalimat yang didiktekan orang tua/guru
II. Bersama-sama dengan siswa mengidentifikasi kesalahan tulisan mereka
III. Menjelaskan mengenai pelatihan dan ZPD masing-masing permasalahan.
IV. Menjelaskan kriteria penulisan yang benar dan meminta anak menyatakan kembali kriteria tersebut.
V. Memberikan latihan menulis dengan orang tua/guru memberikan bantuan
VI. Mengevaluasi hasil pekerjaan siswa bersama-sama dengan anak
VII. Memberikan latihan menulis dengan mengurangi bantuan terbatas pada kesalahan yang banyak dilakukan anak
VIII. Mengevaluasi hasil pekerjaan bersama-sama dengan anak
IX. Memberikan latihan menulis tanpa bantuan orang tua/guru
X. Mengevaluasi pekerjaan anak
Pelatihan tersebut diulang-ulang pada tiap-tiap kesalahan disgrafia yang dialami anak hingga terdapat perubahan.


sumber: Sekartini, Rini., Hal-Hal yang Sepatutnya Dikuasai Balita, Artikel di Nakita No. 203/IV/22 Februari 2003.
Diposting oleh aiiu.iOr
Dari rangkaian bahasan tentang orthopedagog, diskalkulia adalah bahasan terakhir kita setelah  Disleksia dan Disgrafia ( lihat artikel sebelumnya ).
Diskalkulia adalah kesulitan untuk melakukan hitungan matematik. Diskalkulia bisa terjadi pada siapapun dan tidak tergantung pada intelektualnya (IQ), di mana mereka mengalami kesulitan dengan waktu, pengukuran, dan pemikiran sebab akibat.
  1. kesulitan dengan aritmatika, bingung dengan tanda : + – :  x (kesulitan mengenali pola ketika menjumlah, mengurangi, mengalikan, membagi)
  2. kesulitan mengerti konsep nilai, jumlah, urutan angka, angka positif dan negatif
  3. kesulitan mengurutkan informasi atau peristiwa
  4. kesulitan menggunakan langkah-langkah dalam operasi matematika
  5. kesulitan mengerti bagian-bagian (setengah, sepertiga, seperempat)
  6. Tidak mampu menyatakan angka mana dari 2 angka berbeda yang nilainya lebih tinggi
  7. Kesulitan dengan tugas sehari-hari seperti menghitung uang kembalian atau membaca jam analog
  8. kesulitan dengan konsep waktu dan mengukur berapa lama waktu (hari, minggu, jam, setengah jam, seperempat jam)
  9. kesulitan dengan arah kiri dan kanan, utara, selatan, timur, barat, walaupun dengan bantuan kompas
  10. kesulitan memperkirakan ukuran suatu benda atau jarak
  11. kesulitan membaca urutan angka, atau membalik angka ketika diulang, misalnya 56 jadi 65
Diposting oleh aiiu.iOr
Masalah diskalkulia adalah masalah yang memberi dampak terhadap operasi perhitungan dalam matematika. Diskalkulia disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranyadalah proses pengamatan., yaitu anak-anak tidak dapat mengamati nomor dan matematika secara keseluruhan. Mereka sering mengalami masalah dalam mengenal nomor. Masalah yang lain adalah dalam aspek penyusunan. Masalah yang disebabkan fungsi fisiologis tubuh :
  • Diskalkulia berkorelasi dengan luka pada area spesifik otak yaitu: supramarginal dan angular gyri yang menjembatani lobus temporal dan parietal pada kulit otak.
  • Diskalkulia berkorelasi dengan deficit pada kemampuan memori jangka pendek.
  • Anak dengan gejala diskalkulia berkecenderungan untuk memiliki anggota keluarga dengan gejala yang sama.
Diposting oleh aiiu.iOr
Diskalkulia adalah gangguan pada kemampuan berhitung atau aritmatika. Menurut dr. Sri Hastuti Andayani, SpA,  ada banyak factor yang dapat menyebabkan terjadinya diskalkulia, antara lain kelainan pada otak, terutama dibagian penghubung antara bagian parietal dan temporal otak. Faktor keturunan juga bias menentukan.
Masih menurut nya pula, penderita diskalkulia umumnya anak-anak, tetapi tidak secara spesifik menyerang anak usia tertentu, biasanya terjadi pada saat anak menginjak usia sekolah sekitar usia 7 tahun.Penderita diskalkulia umumnya mempunyai IQ normal, tetapi adajuga yang melebihi rata-rata atau cukup tinggi.
Anak penderita gangguan ini akan dapat mengikuti pelajaran yang hanya memerlukan logika dan hafalan, seperti biologi atau bahasa, dan anak diskalkulia dapat berinteraksi normal seperti biasa hanya dalam pelajaran berhitung akan mengalami kesulitan.
MEODE PENYEMBUHAN
Secara khusus, sejauh ini belum ada obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini. Namun ada beberapa metode untuk merangsang penyembuhannya, yaitu :
1.      Individual tutorial
Metode ini memerlukan pendampingan dari spesialis berkompeten yang memiliki special skill untuk anak diskalkulia.
2.      Metode Visual
Yaitu pemberian gambar yang tidak membutuhkan angka, sambil disertai bicara untuk menerangkan gambar tersebut. Misalnya untuk 3 + 2 = …., dapat digantikan dengan menunjuk 3 gambar kucing dan 2 gambar kucing lalu menunjukan hasilnya 5 gambar kucing.
3.      Anak dirangsang untuk membaca, baik majalah, buku atau bacaan lain.
4.      Anak dirangsang dengan menggunakan music atau pendengaran irama.
Proses penyembuhan sangat tergantung dari orang tua, guru dan lingkungan sekitarnya. Peran orang tua perlu untuk mengoptimalkan kelebihan dan bakat dari anak dibidang-bidang lain yang tidak berhubungan dengan berhitung.

GEJALA-GEJALA YANG PERLU DIKETAHUI
1.      Penderita tidak mengerti dan memahami angka-angka, tidak mengetahui fungsi penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian
2.      Tidak bias membaca nomor berurutan, misalnya angka 57 akan dibaca 75.
3.      Tidak emahami angka yang lebih besar atau lebih kecil, misalnya 12 dan 16.
4.      Bingung dengan angka yang mirip , misalnya 6 dan 9.
5.      Tidak dapat membaca table.
6.      Tidak dapat menentukan kanan atau kiri.
7.      Tidak dapat menentuka arah mata angin walaupun sudah diberi kompas.
8.      Mengalami kesulitan dalam embaca jam terutama jam digital.
LANGKAH-LANGKAH BAGI ORANG TUA YANG ANAKNYA DISKALKULIA
1.      Mencoba menvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti dengan menggunakan gambar, grafik ataupun kata-kata untuk membantu pemahaman anak.
2.      Hubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari., Misalnya mengitung piring ketika selesai makan, dll.
3.      Buat pelajaran matematika menjadi suatu pelajaran yang menarik.
4.      Menyuarakan konsep matematika yang sulit dimengerti dan meminta anak sia nak untuk mendengarkan secara cermat.
5.      Menuangkan konsep matematika ataupun angka-angka secara tertulis diatas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekedar abstrak.
6.      Seinglah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, misalnya dengan menyanyikan angka-angka.
7.      Pujialah setiap keberhasilan anak, karena pujian merupakan reward agar anak bertambah semangat.

November 16th, 2008 at 06:08
Diposting oleh aiiu.iOr
Berhitung atau matematika sering kali dianggap sebagai pelajaran menakutkan bagi sebagian besar anak sekolah, meskipun tidak sedikit yang menyenangi pelajaran ini. Tak heran bila sejak dulu bimbingan belajar maupun les privat matematika banyak diminati. Belum lagi berbagai metode belajar matematika yang bermunculan seperti sempoa. Kesemuanya itu bertujuan agar anak-anak bisa lebih mudah memahami matematika dan tidak lagi menganggapnya sebagai “monster” yang menakutkan.
Meski tidak semua, banyak di antara murid sekolah, terutama SD yang merupakan tingkat dasar dari seluruh pendidikan yang akan dijalani anak, mengeluhkan soal pelajaran matematika. Mereka menganggap matematika sebagai pelajaran sulit. Terlebih lagi bila mereka mendapat nilai di bawah rata-rata. Yang punya niat akan lebih tekun mempelajari, kembali hilang semangat. Jika keadaan ini terus berlanjut hingga ke jenjang pendidikan berikutnya, maka sepanjang masa pendidikan mereka menganggap matematika menjadi pelajaran paling menyeramkan.
Padahal, matematika sebenarnya pelajaran mengasyikkan. Apalagi, untuk murid SD. Pada tingkat pendidikan dasar ini pelajaran matematika masih berkenaan dengan berhitung, yang merupakan bagian dari matematika, yakni operasi tambah, kurang, kali, dan bagi. Mula-mula menggunakan bilangan bulat. Kemudian meningkat ke bilangan pecahan. Operasi hitung itu bisa dipelajarai sambil bermain yang memang merupakan kegiatan utama anak-anak.
Dari paparan diatas, kami mencoba untuk mengkaji lebih lanjut tentang “Kesuliatn Belajar Matematika (dyscalculis)” dengan berbagai ciri, gejala, penanganan pada anak yang mengalami kesulitanh belajar.
B)KAJIAN TEORI
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA bahkan juga perguruan tinggi. Akan te tapi yang menjadi permasalahan banyak anak-anak(siawa) yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit, sekaligus dijadikan sebagai “momok” diantara berbagai macam bidang studi lainya. Karena persepsi anak seperti itulah mereka menjadi takut jika dihadapkan dengan dunia hitung-menghitung. Kesulitan semacam ini dialami oleh anak yang normal (tidak berkesulitan belajar) dan terlebih lagi oleh anak yang berkesulitan belajar. Bagaimana cara mengatasinya? Padahal, semua orang harus mempelajari matematika. Sebab, pada hakekatnya matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Cornelius (1982:38) Mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika, karena matematika merupakan: (1) Sarana berfikir yang jelas dan logis (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) saran untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Cockroft (1982:1-5) Mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan (2) Semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Pendapat dari ke dua tokoh diatas memiliki satu kesamaan, yaitu mengemukakan bahwa belajar matematika sangatlah penting. Oleh karena itu, jika kesulitan belajar matematika dibiarkan saja, anak akan menghindari dengan sesuatu yang berhubungan dengan hitunng-menghitung. Padahal, matematika sangatlah penting untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya, gangguan kesulitan belajar bahasa, membaca, menulis, gangguan matematika harus diatasi sedini mungkin. Kalau tidak, anak akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai.
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis). Kesulitan belajar matematika merupakan salah satu jenis kesulitan belajar yang spesifik dengan prasyarat rata-rata normal atau sedikit dibawah rata-rata, tidak ada gangguan penglihatan atau pendengaran, tidak ada gangguan emosional primer, atau lingkungan yang kurang menunjang. masalah yang dihadapi yaitu sulit melakukan penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian yang disebabkab adanya gangguan pada sistem saraf pusatpada periode perkembanagan.
Anak berkesulitan belajar matematika bukan tidak mampu belajar, tetapi mengalami kesulitan tertentu yang menjadikannya tidak siap belajar. Matematika sering menjadi pelajaran yang paling ditakuti di sekolah. Anak dengan gangguan diskalkulia disebabkan oleh ketidakmampuan mereka dalam membaca, imajinasi, mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman, terutama dalam memahami soal-soal cerita. Anak-anak diskalkulia tidak bisa mencerna sebuah fenomena yang masih abstrak. Biasanya sesuatu yang abstrak itu harus divisualisasikan atau dibuat konkret, baru mereka bisa mencerna. selain itu anak berkesulitan belajar matematika dikarenakan pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar siswa, metode pembelajaran yang cenderung menggunakan cara konvesional, ceramah dan tugas. Guru kurang mampu memotivasi anak didiknya. Ketidaktepatan dalam memberikan pendekatan atau strategi pembelajaran.
CIRI-CIRI DISKALKULIA
Anak yang mengalami kesulitan belajar matematika perlu ditentukan kesulitan yang dialami oleh anak. apakah kesulitan yang dialami dalam proses menghitung, konsep matematika karena masalah bahasa, gangguan persepsi visual-spasial, kesulitan menulis, kesulitan orientasi kanan-kiri, kesulitan menunjukkan arah, masalah urutan, gangguan memori, dan cara menyelesaikan soal matematika. Tidak semua anak diskalkulia berkesulitan dalam proses menghitung. Jadi, guru harus benar-benar memahami kemampuan dan sifat dasar ketidakmampuannya.
GEJALA DISKALKULIA
Banyak anak-anak yang terdiagnosis diskalkulia memiliki riwayat kegagalan akademis yang pada akhirnya berkembang menjadi ketidakmampuan dalam belajar matematika atau merasa tidak mampu mempelajarinya. Adapun gejala-gejalanya antara lain:
 Proses penglihatan atau visual lemah dan bermasalah dengan spasial (kemampuan memahami bangun ruang). Dia juga kesulitan memasukkan angka-angka pada kolom yang tepat.
 Kesulitan dalam mengurutkan, misalkan saat diminta menyebutkan urutan angka. Kebingungan menentukan sisi kiri dan kanan, serta disorientasi waktu (bingung antara masa lampau dan masa depan).
 Bingung membedakan dua angka yang bentuknya hampir sama,misalkan angka 7 dan 9, atau angka 3 dan 8. Beberapa anak juga ada yang kesulitan menggunakan kalkulator.
 Umumnya anak-anak diskalkulia memiliki kemampuan bahasa yang normal (baik verbal, membaca, menulis atau mengingat kalimat yang tertulis).
 Kesulitan memahami konsep waktu dan arah.Akibatnya,sering kali mereka datang terlambat ke sekolah atau ke suatu acara.
 Salah dalam mengingat atau menyebutkan kembali nama orang.
 Memberikan jawaban yang berubah-ubah (inkonsisten) saat diberi pertanyaan penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian. Orang dengan diskalkulia tidak bisa merencanakan keuangannya dengan baik dan biasanya hanya berpikir tentang keuangan jangka pendek.Terkadang dia cemas ketika harus bertransaksi yang melibatkan uang (misalkan di kasir).
 Kesulitan membaca angka-angka pada jam, atau dalam menentukan letak seperti lokasi sebuah negara, kota, jalan dan sebagainya.
 Sulit memahami not-not dalam pelajaran musik atau kesulitan dalam memainkan alat musik. Koordinasi gerak tubuhnya juga buruk, misalkan saat diminta mengikuti gerakan-gerakan dalam aerobik dan menari. Dia juga kesulitan mengingat skor dalam pertandingan olahraga.
Deteksi diskalkulia bisa dilakukan sejak kecil, tapi juga disesuaikan dengan perkembangan usia. Anak usia 4- 5 tahun biasanya belum diwajibkan mengenal konsep jumlah, hanya konsep hitungan Sementara anak usia 6 tahun ke atas umumnya sudah mulai dikenalkan dengan konsep jumlah yang menggunakan simbol seperti penambahan (+) dan pengurangan (-). Jika pada usia 6 tahun anak sulit mengenali konsep jumlah, maka kemungkinan nantinya dia akan mengalami kesulitan berhitung. Proses berhitung melibatkan pola pikir serta kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah. Faktor genetik mungkin berperan pada kasus diskalkulia, tapi faktor lingkungan dan simulasi juga bisa ikut menentukan. Alat peraga juga sangat bagus untuk digunakan, karena dalam matematika menggunakan simbol-simbol yang bersifat abstrak. Jadi, supaya lebih konkret digunakan alat peraga sehingga anak lebih mudah mengenal konsep matematika itu sendiri.
C)PEMBAHASAN
Sindrom sulit belajar pada anak bisa disembuhkan dengan metode yang tepat bagi anak. Pada dasarnya anak memiliki dorongan untuk belajar, tapi terkadang dihalangi oleh keterbatasan. Mungkin anak mengalami kesulitan belajar (learning disabilities). Kondisi merupakan gangguan proses psikologi dasar yang disebabkan kelainan fungsi pada sistem saraf di otak. Gangguan ini ditampakkan pada ketidaksempurnaan membaca, menulis, berbicara atau yang berhubungan dengan bahasa dan berhitung.
Jangan segera menyalahkan jika anak mengalami kesulitan belajar. Seorang anak dengan gangguan belajar memiliki masalah pada kemampuan meta kognisi, yaitu sulit mengatur pemahaman ketika menerima informasi atau salah memberikan respon. Gangguan belajar pada anak tidak selalu terkait dengan kekurangan, seperti autisme atau down syndrome. Dalam kesulitan belajar dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), dan kesulitan belajar matematika (diskalkulia). Dalam makalah ini hanya akan membahas mengenai kesulitan belajar matematika (diskalkulia).
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis) (Lerner, 1988). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan system saraf pusat. Diskalkulia yaitu gangguan pada kemampuan kalkulasi secara sistematis, yang dibagi menjadi bentuk kesulitan berhitung dan kesulitan kalkulasi. Biasanya anak juga tidak memahami proses matematis, yang ditandai dengan kesulitan mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau simbol matematis.
Diskalkulia juga bisa terjadi akibat adanya kelainan di otak, ini merupakan kelainan spesifik. Penyebab diskalkulia dikarenakan adanya kelemahan proses penglihatan atau visualisasi, misalnya anak sulit fokus pada pelajaran atau permainan. Matematika membutuhkan prosedur penyelesaian yang berurut mengikuti pola-pola tertentu, anak diskalkulia sulit mengikuti prosedur tersebut. Bisa jadi anak fobia matematika, adanya keyakinan bahwa dia tidak bisa matematika. Mungkin disebabkan karena trauma dari pelajaran matematika, bisa dari sistem pengajaran di sekolah atau di rumah.
Adapun gejala lain yang timbul pada anak yang mengalami diskalkulia, antara lain:
 Sulit melakukan hitungan matematis, misalnya menghitung jumlah uang kembalian. Lambat laun anak akan takut memegang uang atau menghindari transaksi.
 Kesulitan menggunakan konsep waktu, anak bingung mengurutkan masa lampau dan masa sekarang.
 Ketika pelajaran olahraga, anak sulit menghitung skor pertandingan.
Kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan belajar matematika
Agar dapat membantu anak berkesulitan belajar matematika, kita perlu mengenal kesalahan umum yang dilakukan oleh anak dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam bidang studi matematika. Beberapa kekeliruan umum tersebut menurut Lerner (1981) adalah kekurang pahaman anak tentang :
 Simbol
Anak diskalkulia akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal seperti 4 + …= 7, daripada soal seperti 4 + 3 = … Kesulitan semacam ini umumnya karena anak tidak memahami simbol-simbol (=), (≠), (+), (-).
 Nilai tempat
Anak yang diskalkulia belum memahami nilai tempat seperti satuan, puluhan, ratusan, dst.
 Penggunaan proses yang keliru
Kekeliruan dalam penggunaan proses perhitungan dapat dilihat pada cuntoh berikut:
6 15
2 x 3 -
8 18
 Perhitungan
Jika anak belum mengenal dengan baik konsep perkalian, tetapi mencoba menghafal perkalian tersebut.
 Tulisan yang tidak dapat dibaca
Anak yang tidak bias membaca tulisannya sendiri karena bentuk-bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis.
Biasanya anak-anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (termasuk diskalkulia) akan dites dengan standard progressive matrices (SPM) yang merupakan suatu tes inteligensi bagi anak-anak usia 7-12 tahun (siswa Kelas 2 dan 3 SD), atau tes coloured progressive matrices (CPM) untuk siswa Kelas 1 SD. Jika hasil diagnosis, tes dan assesment menyatakan anak menderita diskalkulia, maka harus ada treatment dan metode penyampaian khusus yang bisa membuat dia lebih paham.
PENANGANAN DISKALKULIA
Menangani diskalkulia dapat menggunakan terapi dan pendidikan remidial dengan tujuan untuk menyisihkan masalah yang dihadapi sehingga dapat membantu mencapai potensi anak secara maksimal. Sehingga menanganinya harus berdasarkan tingkat kesulitan atau defisit yang sesuai dengan usianya.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani diskalkulia, antara lain:
 Gunakan gambar, grafik, atau kata-kata untuk membantu pemahaman anak. Misalnya, ibu membeli jeruk seharga lima ribu, gambarkan buah jeruk dan uang kertas senilai lima ribu.
 Hubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika menghitung piring sehabis makan atau mengelompokkan benda sesuai dengan warna lalu menjumlahkannya dapat mempermudah anak berhitung.
 Buat pelajaran matematika menjadi sesuatu yang menarik. Anda bisa menggunakan media komputer atau kalkulator. Lakukan latihan secara kontinyu dan teratur.
Cara mengatasi diskalkulia bisa dengan cara mengubah pembelajaran supaya memori bisa hidup kembali. Misalkan, penggunaan warna-warna yang melambangkan angka. Kelainan diskalkulia juga bisa berkomplikasi dengan kelainan lain, misalnya autis. Anak-anak dengan kesulitan belajar belum tentu bodoh, tapi bisa jadi dia mengalami kelainan komunikasi, sosialisasi, dan kreativitas seperti yang terjadi pada anak autis, Diskalkulia juga terkadang dikaitkan dengan ketidakseimbangan orientasi otak kanan dan kiri yang imbasnya menimbulkan kesulitan orientasi matematika. Aktivitas fisik diduga ada hubungannya dengan anak yang kesulitan geometri atau bangun ruang. Ada juga yang mengatakan bahwa diskalkulia terkait dengan kelainan pada motorik sehingga terapi bisa diberikan untuk memperbaiki saraf motoriknya.
D)KESIMPULAN
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis) (Lerner, 1988). Diskalkulia yaitu gangguan pada kemampuan kalkulasi secara sistematis, yang dibagi menjadi bentuk kesulitan berhitung dan kesulitan kalkulasi.
Penyebab diskalkulia dikarenakan adanya kelemahan proses penglihatan atau visualisasi, misalnya anak sulit fokus pada pelajaran atau permainan. Anak diskalkulia sulit mengikuti prosedur matematika yang tergolong rumit. Adanya keyakinan bahwa dia tidak bisa matematika. Disebabkan karena trauma pelajaran matematika, atau sistem pengajaran di sekolah atau rumah.
Adapun gejala anak yang mengalami diskalkulia, antara lain:
 Sulit melakukan hitungan matematis.
 Kesulitan menggunakan konsep waktu.
 Ketika pelajaran olahraga, anak sulit menghitung skor pertandingan.
 Proses penglihatan atau visual lemah dan bermasalah dengan spasial (kemampuan memahami bangun ruang).
 Kesulitan dalam mengurutkan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani diskalkulia, yaitu dengan menggunakan gambar, grafik, atau kata-kata untuk membantu pemahaman anak. Hubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari. Buat pelajaran matematika menjadi sesuatu yang menarik. Anda bisa menggunakan media komputer atau kalkulator. Lakukan latihan secara kontinyu dan teratur.
Diposting oleh aiiu.iOr
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates